JAKARTA - Tidak hanya mewacanakan program Full Day School, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, juga akan menata ulang kurikulum pendidikan nasional. Hal ini seolah mengingatkan kita bahwa setiap pergantian Menteri, kurikulum pun juga ikut didaur ulang.
Lalu bagaimana nasib pelajar dan para pengajar yang harus mengganti sistem kegiatan belajar-mengajar setiap perubahan kurikulum?
Menanggapi hal tersebut, Pengamat Pendidikan Arief Rahman mengungkapkan tak perlu khawatir. Sebab menurutnya, pergantian kurikulum bukanlah sesuatu yang diambil dengan langkah gegabah.
"Saya juga pernah kok mengalami gonta-ganti kurikulum, dan itu enggak apa-apa kok pengaruhnya. Perubahan kurikulum kan ada sosialisasi, ada pelatihan, ada pendalaman dan ada evaluasi, semua itu dilakukan. Jadi langkah ini tidak akan diambil secara gegabah," kata Arief saat dihubungi merdeka.com, Selasa (9/8).
Menurut Arief, selayaknya kalau memang setiap acuan atau kurikulum itu dinilai perlu diperbaiki, maka sudah sepantasnya diubah dan diperbaiki. Bisa saja kurikulum sebelumnya dianggap belum sempurna, sehingga semakin disempurnakan dengan kurikulum penggantinya.
"Jadi memang harus diperbaiki, sebab kurikulum sebelumnya belum sempurna, bukan jadi kok ganti menteri ganti kurikulum. Itu kurikulum memang harus dievaluasi terus dong," ucapnya.
Evaluasi kurikulum, papar Arief, memang harus selalu dilakukan. Sebab apa yang diperlukan selanjutnya seiring perkembangan zaman akan tertera dalam hasil evaluasi nantinya.
"Evaluasi itu memang harus dilakukan, itu sangat benar. Masa program enggak dievaluasi? Memang mulai dari Pak Nuh kan memang begitu. Kalau sekarang kan ditekankan revolusi mental, kalau memang kurikulum begitu ya enggak apa-apa, bagus," tuturnya.
Disinggung soal tenaga pengajar yang seolah bakal dipersulit dengan sistem kurikulum yang berubah-ubah, Arief ungkap itu tak akan terjadi. Karena pasti akan diberikan pemahaman dan pelatihan terlebih dahulu.
"Tenaga pengajar kan tinggal diberi pelatihan, mereka bagian dari kemajuan zaman, kalau mau maju harus bisa sesuai dengan perkembangan yang ada. Intinya selama untuk perbaikan pendidikan, semua harus dilakukan," tutupnya. (goriau.com)