Muhammad Ilham (5), bocah yang terbakar dalam kondisi kakinya terikat rantai adalah anak bungsu dari pasangan suami istri Suhaefi (37) dan Tursinah (35).
Kakak pertamanya, Wahyudi (19) telah cukup lama meninggalkan kampung halaman untuk bekerja di Surabaya. Kakak keduanya, Taufik (17), pengangguran lulusan MI (Madrasah Ibtidaiyah), sehari-hari dipercaya Suhaefi untuk mengawasi Ilham selagi ia bekerja sebagai pengayuh becak. Sementara itu, kakak ketiga Ilham, Wahyuni (12) hingga saat ini masih duduk di bangku kelas VI Madrasah Ibtidaiyah.
Tursinah telah lebih dari setahun meninggalkan Tanah Air untuk bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, sedangkan Suhaefi setiap hari harus mengayuh becak untuk mencari nafkah. Otomatis, rumah yang mereka tinggali di Jalan Raya Sukosari, Desa Sukosari, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, hanya ditinggali oleh Suhaefi, Taufik, Wahyuni, dan Ilham.
Rumah yang mereka tinggali persis berada di depan jalan raya yang seringkali dilalui kendaraan berat dan kendaraan-kendaraan dengan kecepatan tinggi. Selain ruang tamu dan dapur, rumah sederhana keluarga itu memiliki dua kamar tidur dengan ukuran yang tidak terlalu lapang. Kamar depan, tempat di mana Ilham terbakar, adalah kamar yang biasa ia tiduri bersama Suhaefi.
Effendi (50), tetangga Ilham, mengungkapkan bahwa Ilham dikenal oleh keluarga dan warga sekitar sebagai bocah yang sangat aktif. Beberapa kali ia berusaha keluar rumah tanpa pengawasan, padahal jalan raya di depan rumahnya adalah jalur yang cukup ramai dilintasi kendaraan berat. Tak hanya itu, sepengetahuan Effendi, Ilham juga dikenal sering bermain korek api. ”Dulu ia juga pernah menyalakan kompor gas sampai gas elpijinya habis,” ungkap Effendi.
Selain doyan bermain korek api, Effendi juga pernah beberapa kali melihat Ilham menyulut rokok. ”Pernah saya lihat dia menyalakan rokok, tapi kalau anak saya yang besar tahu, pasti rokok itu direbut dan dibuang oleh anak saya,” ujar Effendi.
Zaini (50) yang juga tetangga Suhaefi membenarkan pernyataan Effendi. Menurutnya, Suhaefi beberapa kali tampak kewalahan menghadapi tingkah Ilham yang sangat aktif. ”Menurut saya Ilham memang cukup nakal dan lincah. Bahkan setahu saya dia nggak pernah mau disuruh tidur kalau nggak dirantai. Pernah waktu bapaknya tidur dan dia tidak dirantai, dia keluar rumah lewat jendela kamar dan pergi ke jalan. Padahal waktu itu jam dua pagi,” terang Zaini.
Zaini menduga, Seperti yang dilansir dari jelajahsehat.com karena kondisi perekonomian keluarga Suhaefi yang kurang beruntung, kedua anak lelakinya, Wahyudi dan Taufik hanya bisa bersekolah sampai MI (setingkat SD). ”Kalau Yudi, setahu saya dia hanya lulusan MI, sedangkan Taufik bahkan nggak lulus MI. Tinggal anak perempuannya ini yang sekarang masih sekolah kelas enam,” ujar Zaini.
Sementara itu, saat menengok Ilham di rumah sakit, Kapolsek Gondanglegi Kompol Badriyah menegaskan bahwa Ilham bukanlah anak nakal, sehingga tidak harus dirantai. Menurut Badriyah, Ilham justru adalah anak yang cerdas. ”Dia ini cerdas, bukannya nakal. Hanya saja mungkin orangtuanya yang tidak tahu bagaimana harus menghadapi Ilham yang aktif dan lincah ini,” ujar Badriyah.
Kepada Badriyah, dengan terbata-bata sambil menahan sakit, Ilham mengungkapkan alasannya kenapa ia harus dirantai. Dari kalimat yang ia ucapkan, ia tampak mengakui kenakalannya. ”Saya dirantai karena nakal, tapi bapak jangan dipenjara , kalau bapak dipenjara , saudara saya makan apa.” ujar Ilham polos. Selebihnya, Ilham hanya bisa merintih, “panas…panas”
Penderitaan Muhammad Ilham (5), yang terbakar dengan kondisi kaki dirantai karena dianggap hiperaktif, belum berakhir. Ilham menderita luka bakar parah, sehingga tim dokter meminta izin keluarga untuk mengamputasi (memotong) kaki kirinya.
Kaki Ilham luka bakar parah, sehingga harus dirujuk dari RSUD Kanjuruhan, Kabupaten Malang ke RSU Dr Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, Selasa Pukul 07.00 WIB, Ilham bersama beberapa keluarganya datang ke RSSA dan langsung mendapatkan perawatan intensif di Ruang 16, Burn Care, RSSA Kota Malang.
Dr Herman, selaku dokter yang menangani perawatan intensif Ilham, tidak bisa memberikan keterangan terkait proses medis yang tengah dijalani Ilham. Hal ini, dikarenakan ia masih harus melakukan koordinasi dengan pihak humas rumah sakit. “Maaf, terkait penanganan medis terhadap Ilham, saya belum bisa berkomentar. Coba tanyakan kepada bagian humas saja,” kata dr Herman.
Ketika disinggung apakah luka bakar di kaki kiri Ilham mengharuskannya untuk diamputasi, ia tetap memilih bungkam. Alasannya, ia tidak berhak untuk memberikan keterangan pers. “Nanti saja kalau ada perkembangan,” kilahnya.
Kasubbag Humas RSSA, Titiek Intiyas, menguraikan, sejauh ini pihaknya belum bisa memberikan keterangan apa-apa terkait Ilham. Pasalnya, pihak keluarga sudah mewanti-wanti kepada pihak rumah sakit, agar segala sesuatu yang berkaitan dengan Ilham, supaya dirahasiakan dari wartawan.
“Yang bisa kami sampaikan, kami membenarkan bahwa Ilham benar telah dirujuk ke sini dari RSU Kanjuruhan. Untuk selebihnya, kami belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut, karena kami hanya menjalankan permintaan pihak keluarga pasien,” terangnya.
Menurutnya, berdasarkan UU No 44 Tahun 2009, setiap pasien, apa pun penyebab lukanya, mempunyai hak untuk tidak mau diganggu privasinya, termasuk oleh wartawan yang ingin meliput penyakitnya yang disebabkan oleh dugaan tindak kejahatan. “Kami hanya menghargai pasien sesuai dengan undang-undang tersebut. Apa pun alasannya, meskipun kini Ilham tengah menjadi ‘santapan’ publik,” katanya.
Sebelumnya, media yang mencoba mengambil gambar Ilham di Burn Care, juga dilarang masuk. Namun, akhirnya, ada salah seorang paman Ilham yang datang dan mau memberikan keterangan terkait kondisi keponakannya.
Saiful (35), paman Ilham, menguraikan, dokter RSUD Kanjuruhan dan RSSA menganjurkan agar kaki kiri Ilham diamputasi. Namun, pihak keluarga menolaknya dengan alasan tidak tega jika nanti Ilham hidup hanya dengan satu kaki. “Keluarga tidak setuju jika kaki Ilham diamputasi,” kata Samsul, ditemui di sekitaran Burn Care.
Jika pihak rumah sakit tetap bersikeras agar Ilham menjalani amputasi, maka pihak keluarga akan membawa Ilham pulang dan akan mengobatinya dengan pengobatan alternatif. “Nggak tahulah, Mas. Mungkin kami akan menempuh pengobatan alternatif. Nanti kita cari ‘orang pintar’ saja,” katanya.
Ilham terbakar di kamar tidurnya, Senin siang, saat ditinggal sendirian di rumah dengan kaki kiri dirantai oleh ayah kandungnya sendiri. Sang ayah, Suhaefi (37), yang sehari-hari sebagai tukang becak terpaksa merantai Ilham karena dianggap nakal dan hiperaktif. (wajibbaca.com)
Kakak pertamanya, Wahyudi (19) telah cukup lama meninggalkan kampung halaman untuk bekerja di Surabaya. Kakak keduanya, Taufik (17), pengangguran lulusan MI (Madrasah Ibtidaiyah), sehari-hari dipercaya Suhaefi untuk mengawasi Ilham selagi ia bekerja sebagai pengayuh becak. Sementara itu, kakak ketiga Ilham, Wahyuni (12) hingga saat ini masih duduk di bangku kelas VI Madrasah Ibtidaiyah.
Tursinah telah lebih dari setahun meninggalkan Tanah Air untuk bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, sedangkan Suhaefi setiap hari harus mengayuh becak untuk mencari nafkah. Otomatis, rumah yang mereka tinggali di Jalan Raya Sukosari, Desa Sukosari, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, hanya ditinggali oleh Suhaefi, Taufik, Wahyuni, dan Ilham.
Rumah yang mereka tinggali persis berada di depan jalan raya yang seringkali dilalui kendaraan berat dan kendaraan-kendaraan dengan kecepatan tinggi. Selain ruang tamu dan dapur, rumah sederhana keluarga itu memiliki dua kamar tidur dengan ukuran yang tidak terlalu lapang. Kamar depan, tempat di mana Ilham terbakar, adalah kamar yang biasa ia tiduri bersama Suhaefi.
Effendi (50), tetangga Ilham, mengungkapkan bahwa Ilham dikenal oleh keluarga dan warga sekitar sebagai bocah yang sangat aktif. Beberapa kali ia berusaha keluar rumah tanpa pengawasan, padahal jalan raya di depan rumahnya adalah jalur yang cukup ramai dilintasi kendaraan berat. Tak hanya itu, sepengetahuan Effendi, Ilham juga dikenal sering bermain korek api. ”Dulu ia juga pernah menyalakan kompor gas sampai gas elpijinya habis,” ungkap Effendi.
Selain doyan bermain korek api, Effendi juga pernah beberapa kali melihat Ilham menyulut rokok. ”Pernah saya lihat dia menyalakan rokok, tapi kalau anak saya yang besar tahu, pasti rokok itu direbut dan dibuang oleh anak saya,” ujar Effendi.
Zaini (50) yang juga tetangga Suhaefi membenarkan pernyataan Effendi. Menurutnya, Suhaefi beberapa kali tampak kewalahan menghadapi tingkah Ilham yang sangat aktif. ”Menurut saya Ilham memang cukup nakal dan lincah. Bahkan setahu saya dia nggak pernah mau disuruh tidur kalau nggak dirantai. Pernah waktu bapaknya tidur dan dia tidak dirantai, dia keluar rumah lewat jendela kamar dan pergi ke jalan. Padahal waktu itu jam dua pagi,” terang Zaini.
Zaini menduga, Seperti yang dilansir dari jelajahsehat.com karena kondisi perekonomian keluarga Suhaefi yang kurang beruntung, kedua anak lelakinya, Wahyudi dan Taufik hanya bisa bersekolah sampai MI (setingkat SD). ”Kalau Yudi, setahu saya dia hanya lulusan MI, sedangkan Taufik bahkan nggak lulus MI. Tinggal anak perempuannya ini yang sekarang masih sekolah kelas enam,” ujar Zaini.
Sementara itu, saat menengok Ilham di rumah sakit, Kapolsek Gondanglegi Kompol Badriyah menegaskan bahwa Ilham bukanlah anak nakal, sehingga tidak harus dirantai. Menurut Badriyah, Ilham justru adalah anak yang cerdas. ”Dia ini cerdas, bukannya nakal. Hanya saja mungkin orangtuanya yang tidak tahu bagaimana harus menghadapi Ilham yang aktif dan lincah ini,” ujar Badriyah.
Kepada Badriyah, dengan terbata-bata sambil menahan sakit, Ilham mengungkapkan alasannya kenapa ia harus dirantai. Dari kalimat yang ia ucapkan, ia tampak mengakui kenakalannya. ”Saya dirantai karena nakal, tapi bapak jangan dipenjara , kalau bapak dipenjara , saudara saya makan apa.” ujar Ilham polos. Selebihnya, Ilham hanya bisa merintih, “panas…panas”
Penderitaan Muhammad Ilham (5), yang terbakar dengan kondisi kaki dirantai karena dianggap hiperaktif, belum berakhir. Ilham menderita luka bakar parah, sehingga tim dokter meminta izin keluarga untuk mengamputasi (memotong) kaki kirinya.
Kaki Ilham luka bakar parah, sehingga harus dirujuk dari RSUD Kanjuruhan, Kabupaten Malang ke RSU Dr Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, Selasa Pukul 07.00 WIB, Ilham bersama beberapa keluarganya datang ke RSSA dan langsung mendapatkan perawatan intensif di Ruang 16, Burn Care, RSSA Kota Malang.
Dr Herman, selaku dokter yang menangani perawatan intensif Ilham, tidak bisa memberikan keterangan terkait proses medis yang tengah dijalani Ilham. Hal ini, dikarenakan ia masih harus melakukan koordinasi dengan pihak humas rumah sakit. “Maaf, terkait penanganan medis terhadap Ilham, saya belum bisa berkomentar. Coba tanyakan kepada bagian humas saja,” kata dr Herman.
Ketika disinggung apakah luka bakar di kaki kiri Ilham mengharuskannya untuk diamputasi, ia tetap memilih bungkam. Alasannya, ia tidak berhak untuk memberikan keterangan pers. “Nanti saja kalau ada perkembangan,” kilahnya.
Kasubbag Humas RSSA, Titiek Intiyas, menguraikan, sejauh ini pihaknya belum bisa memberikan keterangan apa-apa terkait Ilham. Pasalnya, pihak keluarga sudah mewanti-wanti kepada pihak rumah sakit, agar segala sesuatu yang berkaitan dengan Ilham, supaya dirahasiakan dari wartawan.
“Yang bisa kami sampaikan, kami membenarkan bahwa Ilham benar telah dirujuk ke sini dari RSU Kanjuruhan. Untuk selebihnya, kami belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut, karena kami hanya menjalankan permintaan pihak keluarga pasien,” terangnya.
Menurutnya, berdasarkan UU No 44 Tahun 2009, setiap pasien, apa pun penyebab lukanya, mempunyai hak untuk tidak mau diganggu privasinya, termasuk oleh wartawan yang ingin meliput penyakitnya yang disebabkan oleh dugaan tindak kejahatan. “Kami hanya menghargai pasien sesuai dengan undang-undang tersebut. Apa pun alasannya, meskipun kini Ilham tengah menjadi ‘santapan’ publik,” katanya.
Sebelumnya, media yang mencoba mengambil gambar Ilham di Burn Care, juga dilarang masuk. Namun, akhirnya, ada salah seorang paman Ilham yang datang dan mau memberikan keterangan terkait kondisi keponakannya.
Saiful (35), paman Ilham, menguraikan, dokter RSUD Kanjuruhan dan RSSA menganjurkan agar kaki kiri Ilham diamputasi. Namun, pihak keluarga menolaknya dengan alasan tidak tega jika nanti Ilham hidup hanya dengan satu kaki. “Keluarga tidak setuju jika kaki Ilham diamputasi,” kata Samsul, ditemui di sekitaran Burn Care.
Jika pihak rumah sakit tetap bersikeras agar Ilham menjalani amputasi, maka pihak keluarga akan membawa Ilham pulang dan akan mengobatinya dengan pengobatan alternatif. “Nggak tahulah, Mas. Mungkin kami akan menempuh pengobatan alternatif. Nanti kita cari ‘orang pintar’ saja,” katanya.
Ilham terbakar di kamar tidurnya, Senin siang, saat ditinggal sendirian di rumah dengan kaki kiri dirantai oleh ayah kandungnya sendiri. Sang ayah, Suhaefi (37), yang sehari-hari sebagai tukang becak terpaksa merantai Ilham karena dianggap nakal dan hiperaktif. (wajibbaca.com)